Wednesday, May 27, 2015

Idhofah Sebagai Bentuk Kepemilikan

Bismillah....Kali ini belajar bahasa arab dari nol akan memasuki Materi Ke 5 dari Buku Durusul Lughah Al-Arabbiyah I karya Dr V Abdurrahim. Kita mengawali dengan mempelajari Idhofah sebagai Bentuk Kepemilikan. Perhatikan.

“Pena muhammad” bagaimana bahasa Inggrisnya? Muhammad’s pen atau pen of Muhamad. Betul kan?! Sedangkan bahasa arab adalah قَلَمُ مُحَمَّدٍ. Bentuk tersebut dinamakan الإِضَافَةُ.

Kita lihat contoh di atas, terdiri dari 2 kata. Kata pertama (قلم) sebagai benda yang dimiliki dan dia disebut mudhaf مُضَافٌ. Sedangkan kata kedua (محمد) sebagai pemilik benda disebut mudhaf ilaih. Mudhaf ketentuannya adalah tidak memiliki al dan tanwin. Dan dia bisa marfu, manshub ataupun majrur. Sedangkan untuk mudhaf ilaih ia harus/selalu majrur tapi bisa berbentuk ma’rifah ataupun nakiroh.
Contoh:
Buku muhammad = كِتَابُ مُحمدٍ.
Perhatikan. Kata pertama adalah benda yang dimiliki. Ia disebut mudhaf. Mudhaf tidak memakai al dan tidak berakhiran tanwin. Mengapa berakhiran dhommah? Ingat, segala sesuatunya selalu buat dalam keadaan marfu, kecuali ada yang membuat ia menjadi majrur atau manshub. dan kita sudah belajar kapan isim menjadi majrur yaitu jika diawali harf jar -dan sekarang kita tahu isim menjadi majrur jika ia menjadi mudhaf ilaih-. Sedangkan untuk manshub, kita belum belajar. Kata kedua adalah pemilik benda. Ia disebut mudhaf ilaih. Mudhaf ilaih harus majrur.

Sekarang coba buat bentuk kepemilikan dari kata2 berikut ini.
مكتبٌ + المدرسُ menjadi مكتبُ المدرسِ
قلمٌ + حامدٌ menjadi قلمُ حامدٍ
مفتاحٌ + البيتُ menjadi مفتاحُ البيتِ
بيتٌ + عبّاسٌ menjadi بيتُ عبّاسٍ
دكّانٌ + التاجرُ menjadi دكّانُ التاجرِ
Bagaimana? Sulit? Insyaallah dengan banyak berlatih membuat kita semakin paham. Jadi, teruslah berlatih..



Itu penjelasan panjang lebar di atas adalah aturan dasar membuat bentuk idhofah, sekarang kita akan sedikit mengembangkannya dengan materi-materi yang telah kita pelajari.

Tadi dikatakan mudhaf bisa marfu, majrur ataupun manshub. berikut contoh dari mudhaf yang majrur.
Bagaimana bahasa arabnya “rumah Allah”? بَيْتُ اللهِ. Kalau “dari rumah Allah”? مِنْ بَيتِ اللهِ . perhatikan pada بيت. Sekarang ia majrur? Kenapa? Karena sebelumnya ada harf jar. Gampang kan?
Kenapa الله tetap majrur? Ya karena ia mudhaf ilaih. Perhatikan, isim yang diawali harf jar , ia harus majrur. Begitu pula mudhaf. Jika ia diawali harf jar, maka otomatis ia menjadi majrur.
Kita coba lagi. Apa bahasa arabnya “nama Allah”? اِسْمُ اللهِ. Kalau “dengan nama Allah” (dengan = بِ — > harf jar)? بِسْمِ اللهِ. Bagaimana? Ternyata apa yang selalu kita ucapkan setiap akan memulai kegiatan mengandung idhofah..


Sekarang kita akan mencoba mengaplikasikannya...
Mari kita simak percakapan Said, Yasir, dan Ali (cobalah untuk membaca dan menerjemahkan):

Bisa membacanya? Bisa mengartikannya? Coba dicocokkan dengan ini..
سَعيدٌ : أَكِتَابُ مُحَمَّدٍ هَذَا يَا يَاسِرُ
1. Apakah buku Muhammad (adalah) ini wahai Yasir?
ياسرٌ : لا, هَذَا كِتَابُ حَامِدٍ.
2. Tidak, ini buku Hamid.
سعيدٌ : أَيْنَ كِتَابُ مُحَمَّدٍ؟
3. Dimana buku Muhammad?
ياسرٌ : هُوَ عَلَى الْمَكْتَبِ هُناكَ.
4. Dia di atas meja di sana
Kita jelaskan masing2 poinnya ya..


Poin 1,
Apakah ada idhofah di situ? Ada! Apa itu? كِتَابُ مُحَمَّدٍ. Mana mudhafnya? كِتَابُ. Mana mudhaf ilaihnya? مُحَمَّدٍ.
Coba bandingkan dengan poin 2, pada poin 1 هذا berada di belakang, sedangkan pada poin 2 ia berada di awal kalimat. Hal ini, adalah sebagai penekanan dalam kalimat tanya.
bandingkan “rasa” dari dua kalimat di bawah ini:
أَكِتَابُ مُحَمَّدٍ هَذَا؟
أَهَذَا كِتَابُ مُحَمَّدٍ؟

Beda kan? akan terasa lebih “mantab” dengan kalimat yang pertama.

يَا يَاسِرُ. Mengapa يَا يَاسِرُ bukan يَا يَاسِرٌ? Hal ini karena يَا adalah harfu nida yaitu partikel untuk memanggil seseorang. Dan isim sesudahnya tidak memiliki al ataupun tanwin sehingga يَاسِرُ bukan يَاسِرٌ. Begitu pula dengan يَا مُدَرِّسُ bukan يَا المُدَرِّسُ apalagi يَا مُدَرِّسٌ.
Insyaallah ke depan akan dijelaskan lebih lanjut.


Poin 2,
هَذَا كِتَابُ حَامِدٍ. jumlah ismiyah atau fi’liyah? Jumlah ismiyah. Kenapa? Karena diawali isim, yaitu هَذَا.mana mubtadanya? هَذَا. Mana khabarnya? كِتَابُ. Ya. HANYA كِتَابُ . bagi yang pernah belajar bahasa Arab, mungkin Anda diajarkan bahwa khabarnya adalah كِتَابُ حَامِدٍ. Tapi, DR V Abdurrahim berbeda dalam hal ini. nah, karena di sini kita belajar memakai metode beliau, jadi untuk irobnya khabarnya hanya كِتَابُ. Dan tolong jangan diperdebatkan. Toh tidak terlalu signifikan. Dan silakan saja jika di luar, Anda tetap berpedoman bahwa khabarnya adalah كِتَابُ حَامِدٍ.
كِتَابُ juga sebagai mudhaf (m) dan حَامِدٍ adalah mudhaf ilaih(mi).
Biasanya kita tulis : mb-k/m-mi


Poin 3,
Tidak perlu dijelaskan.


Poin 4,
Mengapa هُوَ ? karena dia menggantikan كتاب pada poin 3 yang bergender mudzakar.
هُناكَ adalah zarf ظرف. Yang artinya di sana “There”.
هُوَ عَلَى الْمَكْتَبِ هُناكَ. Irobnya : mb-(hj-im)/jm/sj/k-z


Selanjutnya mari kita lanjutkan menyimak percakapan Said, Yasir dan Ali

Bisa membaca dan menerjemahkannya? Silakan dicocokkan…
سعيد : أَيْنَ دَفْتَرُ عَمَّارٍ؟
5. Di mana buku catatan Ammar?
ياسر : هُوَ عَلَى مَكْتَبِ المُدَرِّسِِ.
6. Dia di atas meja guru
سعيد : قَلَمُ مَنْ هَذَا يَا عَلِيُّ؟
7. Pena siapa ini wahai Ali?
عليٌّ : هَذَا قَلَمُ المُدَرِّسِِ.
8. Ini pena guru
سعيد : أَيْنَ حَقِيْبَةُ المُدَرِّسِ؟
9. Di mana tas guru?
عليٌّ : هِيَ تَحْتَ المَكْتَبِ.
10. Dia di bawah meja.


Poin 5,
Sudah jelas kan?


Poin 6,
Irobnya : mb-jm/sj/k(hj-im/m)-mi.
Bingung g?hehe… berikut penjelasannya:
Mb : هُوَ
Jm/sj/k : عَلَى مَكْتَبِ
Hj : عَلَى
مَكْتَبِ
: Ia sebagai isim majrur (im) dan sebagai mudhaf(m)
Mi : المُدَرِّسِِ

Sebelumnya cb bandingkan dua kalimat ini:
.هُوَ عَلَى المَكْتَبِ هُنَاكَ
.هُوَ عَلَى مَكْتَبِ المُدَرِّسِ

Pada kalimat pertama عَلَى المَكْتَبِ sedangkan pada kalimat kedua عَلَى مَكْتَبِ. Kira2 kenapa hayo? Betul!!! jawabnya adalah pada kalimat kedua مَكْتَبِ bertindak juga sebagai mudhaf. Dan mudhaf tidak boleh memakai al dan tanwin. Masih Ingat kan???


Poin 7,
Pena Muhammad bahasa Arabnya adalah قلمُ محمدٍ. Sekarang kalo misalnya kita tidak tahu pemiliknya maka kita menggantinya dengan مَنْ. Sehingga menjadi قَلَمُ مَنْ. Lantas apakah مَنْ majrur? Ya. Karena ia adalah mudhaf ilaih. Masih ingat هذا pada materi 3? هذا tidak berubah. Bentuk marfu, manshub dan majrurnya sama. Begitu pula dengan من. Bentuk marfu, manshub dan majrurnya ya tetap من. g bingung kan?
Ini pena Muhammad, bagaimana bahasa arabnya? هذا قلمُ محمدٍ. Nah, jika kita ingin menanyakan pemiliknya, susunan itu dibalik -sebagai mana dalam poin ke 7 ini- menjadi قلمُ منْ هذا؟.
Pada poin 7 ini kembali kita bertemu harfu nida sehingga isim setelahnya tidak memakai al ataupun tanwin. يَا عَلِيُّ


Poin 8,
Irob : Mb-k/m-mi


Poin 9,
Sudah jelas kan?


Poin 10,
Kenapa هي? Karena sebagai pengganti pada poin 9 yaitu حقيبة yang muannats (ada ta’ marbuthoh).
تحت adalah zarf. Sehingga isim setelahnya adalah mudhaf ilaih. Akan kita bahas lebih lanjut, insyaallah…
Irobnya : mb-z/sj/k-mi


Ok. Sementara materi tentang idhofah cukup itu dulu... gampang kan? semoga kita semua bisa memahaminya...

2 comments:

  1. Kita lihat contoh di atas, terdiri dari 2 kata. Kata pertama (قلم) sebagai benda yang dimiliki dan dia disebut mudhaf مُضَافٌ. Sedangkan kata kedua (محمد) sebagai pemilik benda disebut mudhaf ilaih. Mudhaf ketentuannya adalah tidak memiliki al dan tanwin. Dan dia bisa marfu, manshub ataupun majrur. Sedangkan untuk mudhaf ilaih ia harus/selalu majrur tapi bisa berbentuk ma’rifah ataupun nakiroh.
    Contoh:
    Buku muhammad = كِتَابُ مُحمدٍ.
    Bahasa arab buah buahan

    ReplyDelete
  2. Na’at adalah isim yang mengikuti isim sebelumnya atau sering disebut isim yang mengikuti man’utnya. Isim ini akan selalu mengikuti isim sebelumnya (man’utnya) baik dalam keadaan rafa’, nashab, dan jar-nya, begitu juga ma’rifah dan nakirah-nya. Berikut definisi na’at dalam buku nahwu wadih Arti Jazakallah khair Ufa Bunga SMartphone

    ReplyDelete